“Pantasan banyak anak-anak
kami di daerah yang tidak pintar, baru mereka tidak pernah minum ASI lama yadi...”
dengan nada terheran-heran dan logat Papua asli,
Pak
Agus Wenda
mengungkapkan apa yang dia tahu setelah mengikuti kegiatan pelatihan IMD yang
kami lakukan di Wamena beberapa waktu lalu.
Ayah satu anak yang masih balita ini (Teliku Wenda, umur 1 tahun 3 bulan) mengatakan
sebelumnya ia benar-benar
belum tahu bahwa tindakan IMD ini tidak
dilakukan oleh bidan dan dukun beranak di daerahnya. Padahal ini merupakan
salah satu tindakan yang sangat penting bagi anak dan ibu, ungkapnya lagi
dengan nada sedikit heran.
IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
adalah suatu gerakan dimana bayi
diharuskan mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir. Hal ini sudah menjadi salah satu program yang
sudah diterapkan di tiap-tiap
rumah sakit yang ada di perkotaan. IMD dilakukan oleh seorang yang bertugas
menolong persalinan pada ibu-ibu
yang mau partus (melahirkan), saat
bayi lahir bayi tersebut diletakan di perut ibu dan bayi dibiarkan mencari sendiri
puting ibu tanpa di tolong oleh siapapun, jadi bayi sendiri yang merangkak di perut
ibu sampai ke dada ibu dan menggunakan tangannya untuk mencari puting susu ibunya.
Sampai saat ini suami dari Topince Tabuni ini masih merasa
bahwa ini satu program yang baru dan ia harus bekerjasama dengan bidan-bidan yang ada di
Makki agar kedepannya mereka dapat melakukan karena di daerah seperti Lanny Jaya program ini
belum pernah dilakukan karena masih terbatas dengan pengetahuan dan program
pemerintahpun belum diwajibkan untuk tiap-tiap
bidan, kader atau dukun beranak untuk melakukannya.
Ketika diundang untuk ikut Pelatihan Inisiasi Menyusui
Dini, Pak Agus Wenda, yang juga adalah staf
puskesmas Makki kabupaten Lanny Jaya ini begitu antusias. Dengan senang hati ia
datang mengikuti kegiatan pelatihan ini, karena ia menganggap bahwa ini adalah
salah satu kesempatan untuk ia bisa belajar lebih banyak lagi. Pak Agus merupakan salah
satu peserta dari 2 peserta laki – laki yang hadir pada kegiatan tersebut. Ia
mengaku bahwa awalnya ia agak malu karena diundangan hanya di undang khusus untuk
bidan dan dukun beranak, tapi karena ia
ingin belajar,
ia
pun datang untuk mengikuti kegiatan tersebut. “Sa rasa perawat seperti sa juga
perlu belajar karena kami di Makki tidak pernah belajar seperti ini, apalagi
kalau ada keadaan darurat sa juga tolong ibu melahirkan”, ungkapnya lagi.
Bagi kita mungkin ini merupakan
hal lama dan bahkan membosankan
tapi belum tentu bagi orang lain yang belum pernah mengetahuinya.
Cerita oleh Sonya Tadoe, dituliskan dan diposting oleh Willy Sitompul