- Positive Deviance adalah: Suatu pendekatan dalam menyelesaikan masalah (solusi) berdasarkan kepada pemberdayaan masyarakat
- Jawaban untuk mengatasi masalah dimasyarakat terdapat di depan mata kita
- Pendekatan yang sukses dalam mengurangi angka kekurangan gizi
- Memungkinkan masyarakat mengurangi kekurangan gizi pada saat ini dan mencegahnya pada tahun-tahun mendatang
- Perubahan perilaku dalam masyarakat berlangsung perlahan sehingga solusi yang ditemukan sendiri oleh masyarakat dapat lebih bertahan dibandingkan dengan solusi dari luar
Didasarkan pada pendapat bahwa beberapa jawaban untuk masalah-masalah masyarakat sudah ada dalam masyarakat itu sendiri dan hanya perlu diketemukan, maka kami tetap bertahan pada pendekatan ini karena Proses PD dan Pos Gizi memanfaatkan kebiasaan lokal yang berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan memanfaatkan kebiasaan tersebut.
Sistem yang kami gunakan untuk memantau perkembangan anak-anak yang kami layani adalah sistem monitoring, yaitu kami memantau secara langsung di Pos Gizi dan melakukan perbandingan berat badan anak dengan penimbangan sebelum anak mengikuti sesi Pos Gizi dan sesudah mengikuti sesi Pos Gizi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anak menuju ke arah yang lebih baik dengan pendekatan Positive Deviance.
Hambatan
Suatu usaha untuk merubah kondisi disuatu tempat tidak terlepas dari masalah ataupun hambatan, ini juga yang kami temui di tempat layanan kami, banyak hal yang kami lakukan namun dengan pergertian masyarakat yang sangat terbatas dalam memahami apa maksud dan tujuan kami, bahkan ada yang mengatakan mungkinkah WVI akan memberi uang untuk setelah sesi Pos Gizi mereka bisa membeli makanan untuk anak-anak mereka. Hal – hal inilah yang membuat kami harus terus berusaha untuk bisa membuat masyarakat layanan kami mengerti dengan tujuan yang kami sampaikan dan usaha yang kami lakukan. Kami menganggap bahwa setiap hambatan itu tidak akan berarti apa-apa jika mereka sudah mengerti apa yang kami lakukan karena itulah yang sedang kami lakukan untuk terus memberi pengertian secara berkesinambungan kepada masyarakat karena belum semua mengerti dengan pendekatan ini. Adapula hambatan yang lain seperti : Penerapan ECCD di Pos Gizi masih mengalami kendala dimana masih banyak ibu yang tidak aktif dalam mengajari anak - anak mereka, karena kebiasaan mereka yang kurang berinteraksi dengan anak dengan lebih banyak, tetapi lebih membiarkan anak berjalan dan bermain sendiri dikarenakan kesibukan ibu-ibu untuk melakukan kegatan lain.
Kisah sukses
Ada hal menarik yang kami dapatkan dalam setiap sesi Pos Gizi adalah banyak ibu yang memiliki perubahan pola pikir dalam mengatur pola makan anak dan mau meluangkan waktu mereka untuk memasak dan mengatur menu makan untuk anak-anak mereka yang sebelumya mereka lebih sibuk dengan urusan kebun dan tidak pernah meluangkan waktu untuk mengurus anak karena tuntutan keluarga yang mengharuskan seorang ibu bekerja di kebun dan pulang selalu pada sore hari atau malam, sehingga bisa dipastikan bahwa anak-anak hanya diberi makan oleh ibu 1 kali dalam sehari yaitu pada malam hari saja. Ada ibu yang setelah mengikuti sesi Pos Gizi bersama anaknya, Ia memutuskan untuk menerapkann apa yang dipelajari selama Sesi Pos Gizi di rumah dengan memanfaatkan tanaman sayur-sayuran yang ada di kebun untuk kebutuhan nutrisi anak. Sebelumnya ibu tersebut selalu menjual hasil panen ke pasar lalu membeli supermi untuk diberikan kepada anak karena Ia menganggap bahwa supermi yang dibeli itu lebih bergizi. Namun setelah mempelajari pola perilaku positif di Setiap Sesi Pos gizi ibu ini menjadi lebih bijak untuk mengatur pola makan anak dengan memanfaatkan tanaman sayur-sayuran yang ada di sekitar rumah.
Adapun cerita lain yang juga menarik yaitu: Si kembar Mitron(58 mgg) dan Nindana( 58 mgg), mereka mengikuti sesi pos Gizi yang pertama pada tahun 2007 di desa wenam, Pirime. Mereka tercatat sebagai anak Gizi buruk pada tahun 2007 di posyandu desa Wenam dengan berat badan masing-masing, Mitron (4 kg) dan Nindana (4,2) sebelum mereka mengikuti sesi Pos Gizi dan setelah mengikuti sesi Pos Gizi BB menjadi: Mitron (16,8) dan Nindana ( 15,6). “Mereka terlihat cukup aktif dalam keseharian mereka bersama ibu dan teman-teman bermain mereka” kata ibunya. Pada saat kami melakukan kegiatan posyandu dan memasukan kegiatan ECCD di saat posyandu,kami melibatkan mereka untuk terlibat dalam permainan yang kami buat dan mereka dengan senang melakukannya.
Pembelajaran
Di setiap kegiatan Sesi Pos Gizi masih didapati bahwa, banyak ibu yang terlibat dalam kegiatan dan mau terus belajar untuk merubah pola pikir masyarakat tentang Gizi yang sebenarnya dengan mudah didapati di sekitar mereka sendiri.
Written by Sonya Tadoe for Eruwok Development